Banyak orang tidak menyadari bahwa makan berlebihan sering kali disebabkan oleh faktor emosional, bukan rasa lapar fisik. Ketika seseorang merasa stres, cemas, atau bosan, otak mencari kenyamanan cepat — dan makanan sering menjadi pelarian yang mudah. Namun, kenyamanan itu hanya sementara. Setelah makan berlebihan, biasanya muncul rasa bersalah atau tidak nyaman, yang justru memperburuk keadaan emosional. Siklus ini dapat terus berulang jika tidak disadari sejak dini.
Langkah pertama untuk mengatasinya adalah mengenali pemicu emosional. Apakah seseorang makan karena lapar, atau karena ingin mengalihkan perhatian dari masalah lain? Dengan menyadari alasan di balik keinginan untuk makan, kita dapat mencari solusi yang lebih sehat. Aktivitas seperti berjalan santai, mendengarkan musik, berbicara dengan teman, atau bermeditasi bisa menjadi cara yang lebih baik untuk mengatasi emosi tanpa harus bergantung pada makanan.
Selain itu, menjaga keseimbangan hidup juga sangat penting. Tidur yang cukup, olahraga ringan, dan mengatur waktu istirahat membantu mengurangi stres sehingga tubuh tidak mencari pelarian melalui makanan. Membiasakan diri untuk mencatat apa yang dimakan juga dapat membantu mengidentifikasi pola emosional di balik kebiasaan makan. Dengan kesadaran dan disiplin, setiap orang dapat membangun hubungan yang sehat antara tubuh, pikiran, dan makanan.

